5 Tips Coaching bagi Manajer Baru
Leadership Coaching

5 Tips Coaching bagi Manajer Baru


87% dari manajer baru menyatakan mereka membutuhkan training yang lebih intensif sebelum mereka menempati posisi barunya. Data ini diperoleh dari survei yang dibuat oleh majalah terkemuka Entrepreneur.

Survei tersebut juga menemukan kenyataan yang tidak kalah menarik. Ternyata 99% dari perusahaan tempat manajer tersebut bekerja sudah memberikan training manajemen sebelum mereka dipromosi.

Fakta ini kemungkinan besar disebabkan sebagian besar training tersebut tidak ditindaklanjuti dengan program coaching yang sifatnya berkesinambungan agar manajer dapat mendiskusikan hasil pembelajaran di kelas training terhadap kenyataan yang ia temui di posisi barunya itu.

Manajer sebagai Leader, bukan bos

Beberapa tahun yang lalu media sosial profesional LinkedIn mempublikasikan data statistik yang menyatakan 3 dari 4 karyawan mempersepsikan atasan mereka buruk dan mengalami stress di pekerjaannya.  

65% dari karyawan yang disurvei bahkan mengatakan mereka lebih memilih bekerja untuk bos baru dibandingkan gajinya dinaikkan.

Fakta ini membuktikan bahwa seorang manajer semestinya tidak bertindak sebagai atasan atau bos, tapi sebagai leader atau pemimpin bagi timnya.

Mengembangkan Potensi Kepemimpinan

Coaching bagi manajer baru memang tidak hanya ditujukan untuk mempertajam kemampuan manajemen – yang materinya diperoleh di kelas training – tapi juga memberikan kejelasan bagaimana manajer baru ini menavigasi dirinya dalam memimpin tim, mengelola pekerjaan, dan terutama memenuhi ekspetasi manajemen terhadap dirinya di role barunya tersebut.

Coaching bagi manajer baru ini dapat diberikan oleh senior leader di organisasi tersebut atau malah dilakukan oleh coach eksternal yang dikontrak secara profesional.

Siapa pun coach-nya, yang penting fokus utama coaching terletak pada pengembangan potensi kepemimpinan si manajer ini dan pemaksimalan pengetahuan manajerial yang disesuaikan dengan dinamika tim yang ia pimpin.

Berikut ini beberapa tips yang Anda dapat dipraktikkan ketika memberikan coaching kepada manajer baru:

1. Fokus utama pada perubahan mindset dan perilaku

Banyak manajer yang kurang efektif karena mereka tidak menyadari posisinya sebagai leader. Perhatian mereka masih pada penyelesaian pekerjaan, mengejar target, dan memastikan SOP berjalan.

Mereka lupa bahwa sekarang ini mereka memimpin orang yang notabene memiliki emosi, karakter, dan kebutuhan yang beragam.

Coaching di level ini ditujukan agar manajer mampu mengadopsi mindset baru sebagai leader yang berorientasi pada orang dan menunjukkan perilaku yang mengedepankan komunikasi dan kolaborasi dibandingkan sekedar memerintah dan mengendalikan.

2. Pertajam Kesadaran Diri (Self-Awareness) dan Kecerdasan Emosi

Manajer baru – dan juga kebanyakan manajer pada umumnya – seringkali terperangkap pada jabatan mereka. Identitas mereka sebagai manajer membuat mereka lupa terhadap siapa mereka dan perannya bagi orang lain.

Coaching juga ditujukan untuk membantu manajer ini untuk menyadari siapa mereka di posisi tersebut dan peran apa yang mereka ingin bawakan agar orang lain pun bisa maju bersama-sama.

Baca juga Apa itu Leadership Coaching?

Dari kesadaran inilah mereka lebih mudah untuk membangun kepedulian, empati, dan penghargaan bagi timnya sebagai manusia yang juga memiliki banyak tantangan dan kebutuhan.

Emosi lebih mudah dikendalikan, terutama dalam kondisi-kondisi genting yang sering memancing kepanikan dan stress.

3. Izinkan Membuat Kesalahan

Di posisi sebagai manajer baru tentunya lumrah bagi seseorang untuk membuat kesalahan. Yang ingin kita hindari adalah terlalu cepat menilai bahwa si manajer baru ini gagal. Kita pun tidak ingin membiarkan kesalahan tersebut terjadi begitu saja tanpa ada pembelajaran.  

Pentingnya coaching di sini adalah mendiskusikan kesalahan dalam konteks pembelajaran. Apa yang si manajer pelajari dari kesalahan tersebut? Apa yang ia perlu lakukan agar lain kali hasilnya lebih baik?

Si manajer baru diberi kesempatan untuk merefleksikan diri dalam suasana yang netral dan suportif. Biarkan ia belajar dari pengalaman. Toh pelajaran yang paling berharga sebetulnya didapat bukan dari kelas training, melainkan dari pengalaman nyata yang ia temui di lapangan.

4. Coaching manajer agar ia pun menjadi coach bagi timnnya

Manajer di era millennium ini tidak diharapkan berperilaku seperti bos yang sekedar memerintah dan mengontrol. Mereka akan lebih efektif memainkan peran sebagai manajer jika mereka pun mampu menjadi coach bagi timnya.

Proses coaching yang diberikan kepada mereka ini akan memberikan contoh bagaimana seorang manajer memperlakukan timnya dari posisinya sebagai coach.

Sebagai coach, Anda pun bisa mengingatkan bahwa melakukan coaching tidak hanya meningkatkan efektivitas tim bekerja tapi juga menaikkan kapabilitas si manajer itu sebagai leader yang peduli pada orang sekaligus mampu berpikir strategis dalam mengatasi tantangan di lingkungan kerja yang makin dinamis.

5. Konsistensi menjadi kunci utama

Coaching tidak cukup dilakukan sekali dua kali. Proses perubahan mindset, perilaku dan pembelajaran diri tentunya membutuhkan investasi waktu dan komitmen.

Kesuksesan coaching salah satunya terletak pada konsistensi pertemuan yang dilangsungkan secara berkala, paling tidak 2-3 minggu sekali dalam kurun waktu 3 hingga 6 bulan.

Dengan praktik yang konsisten, coaching akan menghasilkan kepuasan. Tidak hanya dari pencapaian kinerja dan kerjasama tim yang meningkat. Sang coach pun akan mendapatkan kepuasan batin yang tak terhingga saat melihat orang lain yang ia coach menjadi pribadi yang sukses sebagai manajer dan leader bagi orang di sekitarnya.

Maksimalkan potensi kepemimpinan Anda dengan bantuan Leadership Coach kami. 

{$detail->author->name}}
Al Falaq Arsendatama, MCC

Executive & Business Coach Check the profile at https://visecoach.com/al-falaq-arsendatama

Related Posts