Mengoptimalkan Potensi Individu dan Tim untuk Keberhasilan Organisasi
Dalam era globalisasi yang terus berkembang, keberhasilan sebuah organisasi tidak hanya bergantung pada struktur dan str...
“Predikat sebagai seorang Leaders yang sesungguhnya, bukan datang dari diri Anda sendiri atau posisi yang Anda punya. Melainkan datang dari mereka yang mengenal dan merasakan Kepemimpinan diri Anda”
Kalimat di atas adalah salah satu kalimat favorit yang selalu saya bagikan di setiap training leadership yang saya bawakan. Kita bisa menyampaikan kepada semua orang bahwa kita punya jabatan, punya segudang pengalaman, punya segudang prestasi, tetapi tidak bisa hanya berhenti sampai di situ. Tugas terbesar kita sebagai manusia atau leader adalah membuktikan sehingga orang yang mengenal kita atau yang kita pimpin akan mengamini hal tersebut dan menyatakan dengan tegas, “Yes, You’re the Real Leaders!!”
Kemampuan kepemimpinan seseorang memang tidak bisa dijelaskan dengan satu kalimat saja karena kepemimpinan sendiri sangatlah kompleks. Dalam kacamata saya, leadership sendiri merupakan seni untuk memimpin diri sendiri, mengenal orang lain, menggerakkan orang lain untuk sebuah cita-cita bersama.
Leadership adalah gabungan antara karakter diri kita (personal leadership skill) dan professional leadership skill (keterampilan yang dibutuhkan dalam menjalankan sebuah peran professional) yang ditunjukkan secara konsisten untuk menggerakkan hati, memberikan pengaruh positif serta mendapatkan komitmen team dalam mencapai tujuan bersama.
Leaders atau pemimpin tidak hanya fokus pada diri sendiri, karena leadership sangat dekat dengan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain serta bagaimana memimpin orang lain. Jika hanya tentang diri sendiri, itu dinamakan self-leadership (bagaimana memimpin diri sendiri). Seorang pemimpin yang baik, harus selesai dengan self-leadership-nya.
Artinya mereka sudah tahu siapa dirinya, tahu kekuatan dan kelemahannya, tahu bagaimana melakukan intervensi terhadap kekurangan tersebut serta memaksimalkan potensinya, sudah bisa mengelola dirinya sendiri.
Dalam istilah psikologi, konsep diri adalah pandangan, sikap, pemahaman akan diri sendiri. Siapa diri kita? Jika kita bisa mendefinisikan hal tersebut, paling tidak kita sudah mengetahui “siapa sejatinya diri kita sendiri.” Dalam terminologi leadership, self-leadership sangatlah penting karena berhubungan dengan kematangan diri. Anda bisa bayangkan, jika pemimpin belum matang, bagaimana mereka bisa memimpin orang lain jika mereka belum memahami dirinya sendiri.
Baca juga Lebih produktif Bekerja dengan kepemimpinan Diri
Jika kita sudah bisa memimpin diri sendiri, maka kita perlu belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Seni berhubungan dengan orang lain perlu banyak strategi karena setiap orang adalah unik dengan potensi yang melekat dalam dirinya. Kita tidak bisa menggunakan satu cara untuk semua orang. Perlu adanya penyesuaian serta strategi tersendiri.
Manusia sangatlah dinamis dimana memiliki banyak unsur di dalamnya seperti aspirasi, kepribadian, ketertarikan, value, prinsip, dan banyak hal yang lainnya yang harus dipahami oleh seorang pemimpin untuk bisa mendapatkan komitmen dari masing-masing teamnya. John C Maxwell mengatakan bahwa kita harus “mencintai” orang lain jika kita ingin memimpin orang tersebut dengan baik.
Jika kita tidak mau untuk membuka diri, berusaha dekat dengan team kita, maka kita hanya akan menjadi pemimpin yang fokus pada diri sendiri saja. Kenapa begitu? Menjadi pemimpin itu membutuhkan orang lain atau team yang kita pimpin.
Seperti halnya kalimat pertama di atas, predikat pemimpin sesungguhnya bukan hanya dari posisi yang kita punya, melainkan datang dari team yang merasakan kepemimpinan kita. Jika kita tidak punya team, bagaimana Anda tahu seberapa bagus jiwa kepemimpinan kita dalam memimpin orang lain.
Banyak hal yang perlu kita lakukan. Menjadi pemimpin sangat berat karena bukan hanya fokus kepada diri sendiri, tetapi juga fokus pada team untuk mewujudkan tujuan bersama. Sepanjang saya berkarir di dunia professional ataupun di organisasi nonprofit, saya bertemu dengan beberapa sosok pemimpin yang inspiratif, memberikan pengaruh positif, memberikan dampak positif untuk diri saya ataupun organisasi atau banyak orang.
Saya belajar banyak dari sosok pemimpin tersebut, beberapa hal yang mereka lakukan antara lain, sebagai berikut :
Seorang pemimpin harus punya tujuan/visi yang jelas kemana akan berjalan. Jika tidak ada kejelasan tujuan/visi maka susah untuk bergerak karena hanya mengikuti arus yang ada. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah menentukan kemana tujuan / visi yang akan dicapai bersama. Tentukan standard atas apapun yang ingin kita capai.
Visi yang sudah dibuat hanyalah angan-angan semata jika tidak diperjelas dengan strategi serta rencana yang jelas. Mungkin team akan kesulitan untuk memahami konsep visi/tujuan besar yang akan dicapai. Akan lebih baik jika visi tersebut diturunkan menjadi strategi yang nantinya mudah dimengerti oleh teamnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan team adalah kejelasan visi, misi, strategi yang dikomunikasikan secara terbuka dan konsisten sehingga semua orang dalam team mengetahui, memahami, mengamininya, berusaha mewujudkannya bersama.
Visi dan strategi yang sudah ditentukan tentunya perlu untuk dijalankan. Untuk bisa menjalankan hal tersebut, tentunya kita tidak bisa sendirian. Kita butuh team kita untuk membantu mewujudkannya. Lalu bagaimana caranya? Mau tidak mau kita harus mengenal dan menjalin hubungan baik dengan team kita.
Kenali diri mereka, “salami” mereka, apa motivasinya, apa kelebihannya, apa kekurangannya, apa aspirasinya, apa yang mereka rasakan, apa pendapatnya tentang visi tersebut. Rangkul mereka untuk terlibat dalam mewujudkan tujuan bersama yang sudah kita tetapkan.
Mengenal mereka dengan baik butuh banyak keterampilan, seperti keterampilan berkomunikasi, keterampilan untuk berempati, kemampuan bertanya, pengetahuan akan kepribadian, value, motivasi, psikologi, dan banyak hal lainnya. Sebelum kesana, kita perlu untuk mengenali siapa diri kita, bagaimana leadership style kita dan lain-lain. Jika kita mengenal diri sendiri dengan baik, kita akan lebih mudah untuk mengenali team atau orang lain.
Kepemimpinan sesungguhnya dibentuk oleh karakter positif yang kita punya. Banyak diantara kita mengidolakan sosok seorang Leaders karena karakter positifnya, seperti mau mendengar, open minded, mau bertanya, perhatian, memberikan pengaruh positif, teladan, bersedia menerima masukan, terbuka, jujur dan banyak lainnya.
Karakter positif tersebut harus ditunjang dengan keterampilan untuk mendukung peran sebagai seorang pemimpin dimana pemimpin harus bisa menjadi contoh dan teladan, memberikan gambaran serta solusi atas permasalahan, menunjukkan jalan yang harus dilalui, bersama-sama untuk mewujudkan visi.
Jika karakter positif dan keterampilan tidak ada atau tidak kuat. Kita akan dinilai sebagai seorang pemimpin yang hanya “no action, talk only” sehingga dengan berjalannya waktu kita akan kehilangan komitmen dan kurang dihargai oleh team kita. Karakter positif dan keterampilan yang mumpuni serta kemampuan untuk menjalin hubungan akan meningkatkan kepercayaan team terhadap diri kita. Hal tersebut senada dengan apa yang John C Maxwell katakan “Character makes trust possible, and trust makes leadership possible.”
Leaders tanpa visi bagai kapal tanpa nahkoda. Leaders yang punya visi tetapi tidak dijalankan hanya akan menjadi slogan saja. Visi jika dicapai sendiri tanpa melibatkan team itu namanya resolusi pribadi. Lalu bagaimana caranya agar visi tersebut bisa terwujud?
Beberapa hal yang bisa kita lakukan antara lain visi harus disosialisasikan kepada team, pastikan mereka memahami visinya, apa strategi untuk mencapainya, apa peran mereka dalam strategi tersebut, bagaimana kita memberikan peran tersebut berdasarkan kekuatan yang ada. Jika ada masalah, bagaimana kita bersama-sama menyelesaikannya. Buktikan bahwa kita bisa menggerakkan team kita untuk mewujudkan visi misi secara bersama-sama.
Pemimpin yang aman adalah mereka yang terbuka dan senang hati untuk membagikan ilmunya, pengalamannya serta keterampilan yang dimilikinya kepada team-nya. Mereka tidak takut jika teamnya nanti akan menjadi pintar, berdaya, skillful, dan siap menempati posisi yang lebih tinggi. Ketika kita mengembangkan team kita, sejatinya mempermudah pekerjaan kita karena merekalah yang membantu kita mewujudkan visi misi kita.
Dalam organisasi, team adalah penentu keberhasilan pencapaian target atau visi seorang pemimpin. Dengan mengembangkan mereka, sejatinya kita mempermudah dalam mencapai visi misi kita sendiri sebagai seorang pemimpin. Team kita pasti punya aspirasi untuk maju, tentunya kita harus mengakomodir hal tersebut. Gali dan kenali mereka lebih dalam serta kuatkan “sayap” nya agar siap “terbang kemanapun.”
Hal yang perlu dan harus dilakukan seorang pemimpin berikutnya adalah menggali pembelajaran dari setiap proses yang sudah dilalui bersama team. Apa yang sudah bagus, apa yang perlu ditingkatkan. Hal tersebut tentunya menciptakan budaya belajar untuk menjadi lebih baik. Jika ada kekurangan, bagaimana cara memperbaikinya.
Jika semua berjalan sesuai harapan, bagaimana cara mempertahankan atau bahkan meningkatkannya. Bagaimana kita mengapresiasi kinerja team karena kerja keras mereka menjadi ujung tombak keberhasilan bersama. Akui dan berikan apresiasi dengan tulus jika memang mereka bagus.
Saya sangat suka dengan konsep Choir Director sebagai analogi seperti halnya yang disampaikan Dr. Tim Elmore dalam bukunya Habitudes Growing Leaders. Seorang pemimpin orkestra akan berusaha merekrut team yang cocok dengan team yang ada, yang bisa melebur dan melengkapi team yang ada, bersedia bersinergi dengan teamnya, menciptakan harmonisasi, melatih mereka untuk bisa memberikan persembahan yang bagus, mengarahkan dan menunjukkan bagaimana sebuah harmonisasi dalam satu paket pertunjukan, di akhir pertunjukan, apresiasi dari penonton ditujukan dan diberikan kepada seluruh team paduan suara tersebut.
Seberapa baik kita memberikan pengaruh positif kepda team atau seberapa banyak kita meninggalkan warisan yang baik, di situlah orang lain akan melihat siapa diri kita. Kita tidak bisa hanya berbicara, namun harus menjalankannya, harus membuktikannya dengan konsisten dan apa adanya.
Untuk melihat seberapa bagus kepemimpinan kita, cobalah untuk bertanya kepada team Anda atau sekeliling Anda tentang apa yang mereka rasakan, apa yang mereka lihat dari diri kita. Apakah kita benar-benar menjadi pemimpin yang sesungguhnya? Seorang pemimpinnya manusia?
Mari kita bersama-sama memperbaiki diri untuk menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Kita selalu ingat, kepemimpinan kita akan dilihat dari seberapa besar pengaruh positif yang kita berikan. Jika kita ingin dikenal Ingin dikenal sebagai seorang pemimpin sesungguhnya, mari lakukan hal-hal di atas secara ikhlas dan konsisten dalam keseharian kita.
Ingin dikenal sebagai pemimpin yang seperti apakah kita? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing.
Salam SUPR!
Maksimalkan potensi kepemimpinan Anda dengan bantuan Leadership Coach kami.
Explore lebih banyak artikel dalam kategori yang sama untuk menemukan informasi menarik lainnya.
Dalam era globalisasi yang terus berkembang, keberhasilan sebuah organisasi tidak hanya bergantung pada struktur dan str...
Dalam dunia yang penuh dengan informasi dan distraksi, menjadi seorang pembicara atau penulis yang dapat menarik perhati...
Kolaborasi dalam tim adalah inti dari keberhasilan di banyak aspek kehidupan, mulai dari lingkungan kerja hingga proyek-...
Kolaborasi tim yang efektif adalah fondasi bagi kesuksesan dalam berbagai proyek dan organisasi. Ketika individu-individ...
SUHARIYANTO PUTRA
HR Leader at Agritech Startup I Founder Gerakan Tunas Bangsa I Self Growth, Career, and Leadership Coach