5 Hal yang Perlu Kamu Tanyakan pada Dirimu Sebelum Lanjut Sekolah ke Luar Negeri
Career Coaching

5 Hal yang Perlu Kamu Tanyakan pada Dirimu Sebelum Lanjut Sekolah ke Luar Negeri


Melanjutkan sekolah ke luar negeri adalah satu trend yang dari dulu ada, namun kini semakin naik pesonanya. Diberitakan pada tahun 2019 bahwa jumlah siswa Indonesia yang belajar ke luar negeri setiap tahunnya mencapai lebih dari 35.000 orang (Hidayat, 2019). Dengan akses informasi beasiswa yang semakin beragam dan luas jangkauannya, ditambah banyak kisah-kisah inspirasi yang berseliweran di media sosial, maka mengambil sekolah ke luar negeri saat ini menjadi amat mungkin untuk masuk dalam opsi karier teman-teman muda.

Dorongan mengejar beasiswa untuk bisa sekolah ke luar negeri biasanya semakin menjadi ketika teman-teman satu circle sudah ada yang berhasil menembus batas dan meng-update media sosialnya dengan tambahan identitas, “((insert nama beasiswa)) Awardee/Grantee”. Dibalik kebanggaan meraih beasiswa dan kelegaan karena mendapatkan LoA (Letter of Acceptance) dari kampus impian, teman-teman perlu tahu bahwa persiapan melanjutkan sekolah ke luar negeri itu panjang dan kadang berliku-liku. Persiapannya bahkan dimulai sejak teman-teman memutuskan untuk memasukkan lanjut sekolah ke luar negeri sebagai pilihan karier teman-teman.

Untuk itu, saya merangkum setidaknya 5 hal yang penting untuk kita tanyakan pada diri sendiri sebelum kita memutuskan lanjut sekolah ke luar negeri. Sebelum dorongan semakin kuat dan berubah jadi tindakan yang reaktif dan terburu-buru, ada baiknya kita ambil waktu untuk sungguh-sungguh merenungkan dan mempertimbangkan 5 hal berikut:

1. Pengalaman apa yang betul-betul penting ingin kita rasakan?

Sebagian besar dari kita pasti pernah berpikir: ‘tujuan utama kita sekolah ke luar negeri itu bukan cuma sekolah, tapi juga mencari pengalaman!’ Pernahkah kita mencoba memikirkan pengalaman apa yang sebetulnya ingin kita rasakan kalau kita pergi sekolah ke luar negeri? Dengan begitu banyaknya pengalaman yang ditawarkan, cobalah untuk lebih spesifik pada beberapa pengalaman yang sangat ingin kita rasakan. Visualisasikan diri kita ada di negara tujuan, lalu pikirkan apa yang betul-betul ingin kita alami.

Mengapa visualisasi pengalaman yang spesifik ini penting? Pertama, ini akan membantu kita dalam mempertimbangkan jurusan yang bisa kita ambil. Contohnya, saya ingin mendapat pengalaman bekerja di Belanda, maka saya bisa mempertimbangkan jurusan yang menyediakan program magang atau universitas yang memiliki banyak pilihan program kerja paruh waktu untuk mahasiswanya. Bukan hanya itu, dengan memvisualisasikan pengalaman, kita bisa mengenali kota tempat tujuan atau budaya seperti apa yang cocok untuk pengalaman yang kita harapkan tersebut. 

Kedua, pengalaman yang kita visualisasikan itu bisa menjadi pegangan kita ketika dibanjiri oleh berbagai macam hal baru yang berpotensi membuat kita bingung. Beberapa orang mungkin akan berkata, why don’t we just let it flow and see what world can give you? Of course, at some point, we’d better to let it all flow, that’s how we can easily adapt to some new environment vibes.

Baca juga Mau Lebih Produktif dengan Musik? Berikut Tips dan Triknya!

But the point of visualizing your expected experience is for you to stay afloat because you really understand what you want. Dan memahami betul apa yang sungguh kita inginkan penting ketika kita hanya punya diri kita sendiri begitu melangkahkan kaki ke negeri orang.

Ketiga, gambaran akan pengalaman yang kita harapkan akan membantu kita termotivasi menjalani proses sebelum kita benar-benar terbang ke negara tujuan. Dari mulai mencari jurusan yang tepat, berlatih bahasa, berlatih menulis, mencari sponsor dengan tahapan seleksi yang (kadang) melelahkan, sampai mempersiapkan diri sendiri yang kadang terlupa saking padatnya jadwal. Visualisasi pengalaman itu akan membantu kita bertahan dalam segala prosesnya.

2. Apa yang ingin kita lakukan setelah lulus?

Pertanyaan ini termasuk salah satu pertanyaan paling umum yang akan ditanyakan pada waktu interview, baik untuk mendapatkan beasiswa maupun LoA. Namun, ini juga bisa jadi pertanyaan paling sulit untuk dijawab. Beberapa orang mungkin sudah memikirkan tujuan yang besar, tapi saran saya pikirkanlah jawaban yang realistis. Saya selalu mencontohkan dengan frasa “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Tujuan itu sangat mulia, bukan? Tapi, ada begitu banyak cara untuk bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Ada begitu banyak dimensi yang perlu kita pilih dimana kita ingin berperan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut. Oleh karena itu, pikirkanlah dimana kira-kira kita mau berkarya setelah lulus nanti. Tarik garis yang lebih spesifik dari tujuan besar yang kita emban di dalam kepala kita.

Beberapa orang malah mungkin belum memikirkan apa yang ingin dilakukan jika lulus nanti. Terlalu jauh jika dipikir sekarang, nanti juga berubah lagi. Benar, perubahan adalah sesuatu yang niscaya, tetapi tahu apa yang ingin kita lakukan sesungguhnya berperan lebih besar daripada hanya menjadi sebuah bukti untuk menunjukkan kita sedikit organized and planned. Memahami apa yang ingin kita lakukan setelah lulus, meskipun hanya gambaran singkat, akan membantu kita (lagi-lagi) memilih jurusan yang tepat dan meminimalisir risiko penyesalan karena salah jurusan.

Hal itu juga membuat kita memiliki determinasi dalam mengambil langkah, tidak serabutan dan penuh pertimbangan matang. Selain itu, ketika kita tahu apa yang ingin kita lakukan setelah lulus, kita cenderung melangkah dengan lebih percaya diri. Dalam perkuliahan nanti, perubahan tujuan bisa saja terjadi. Terimalah itu sebagai bagian dari sudah bertambahnya wawasan kita serta lebih kenalnya kita akan kebutuhan kita sendiri.

3. Lokasi dan budaya seperti apa yang ingin kita embrace?

Penting untuk mengerti seperti apa budaya di negara tempat tujuan, karakteristik komunitasnya, dan bagaimana kondisi lingkungan sekitar kampusnya karena kita tidak hanya akan kuliah, tapi juga hidup di sana. Pemahaman akan cara hidup masyarakat dan karakteristik lingkungan di negara target kita akan membantu kita survive dan mampu menyusun strategi yang tepat untuk bisa beradaptasi. Namun sebelumnya, kita perlu tahu karakteristik dan kebutuhan kita sendiri. 

Tempatkan diri kita ada di sebuah negara yang asing, kemudian tanyakan pada diri kita apa yang sesungguhnya kita butuhkan di tempat itu? Apakah orang-orang yang ramah? Atau orang-orang yang independen karena kita lebih ingin mandiri di sana? Apakah kita membutuhkan lingkungan dengan banyak taman, misalnya, untuk mengisi waktu luang? Atau lokasi dengan banyak tempat dimana kita bisa bebas bermain musik?

Dari pemahaman kita akan diri kita sendiri kita bisa mulai berselancar mencari tahu kota atau wilayah mana yang sesuai dengan kebutuhan kita. Selanjutnya, carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang lokasi yang sudah kita targetkan. Beberapa hal yang menurut saya penting untuk dicari tahu antara lain adalah: kondisi iklim dan cuaca, biaya hidup, gaya bergaul masyarakatnya, jenis-jenis rekreasi yang tersedia, dan, jika kita membawa keluarga/anak, carilah informasi apakah daerah yang akan kita tuju itu ramah anak.

Selebihnya, carilah informasi yang lengkap sesuai dengan kebutuhan. Manfaatkan jejaring dan carilah orang-orang yang sudah lebih dulu ada di negara tujuan dan bisa memberi informasi lebih banyak.

4. Modal apa yang sudah kita punya dan gap apa yang masih perlu kita atasi?

Jika kita ingin melanjutkan sekolah ke Jepang, sudahkah kita tahu apa saja modal atau kemampuan yang kita butuhkan untuk bisa bertahan sampai selesai di sana? Mungkin kemampuan berbahasa Jepang tingkat dasar, mungkin sejumlah uang saku, mungkin pula kompetensi yang diperlukan di jurusan. Jika sudah berhasil mengidentifikasi, mari menilai, sudahkah semua itu kita miliki? Kemampuan apa yang masih perlu ditingkatkan? Nilai diri kita dengan objektif, bila perlu, ambillah tes tertentu untuk bahan pertimbangan.

Hasil assessment kita terhadap diri sendiri akan menjadi modal kita dalam mengkomparasi berbagai pilihan jurusan yang sesuai dengan kemampuan kita, dan yang gap-nya realistis untuk kita kejar. Hasil assessment ini juga bisa menjadi pedoman kita dalam merancang proses persiapan. Kapabilitas apa yang perlu kita prioritaskan dalam masa persiapan kita? Apakah keterampilan bahasa? Atau kemampuan berpikir kritis?

Dengan waktu persiapan yang terbatas, kita memerlukan strategi untuk bisa mengejar kebutuhan modal yang masih kurang. Pemahaman kita akan kemampuan dan gap yang kita miliki akan mempermudah kita menentukan strateginya.

Menilai kemampuan sendiri adalah proses dengan kemungkinan bias yang tinggi. Sebagian orang yang saya temui tidak yakin dengan modal yang dimiliki, sehingga cenderung menilai dirinya tidak memiliki kemampuan yang mumpuni. Sebagaian lainnya memiliki keyakinan yang bias atas kemampuannya karena terpaku harus bisa segera sekolah ke luar negeri.

Dengan macam-macam faktor mempengaruhi proses kita memahami kemampuan diri sendiri, kita membutuhkan banyak tools dan bantuan orang lain. Ambillah tes yang diperlukan, contohnya, tes penguasaan bahasa. Carilah orang yang dapat dipercaya untuk membantu kita mengenali diri sendiri dengan lebih objektif.

Mintalah feedback sesering mungkin. Mintalah juga bantuannya untuk mengembangkan kemampuan kita. Meskipun kita mungkin tidak mengambil sekolah lanjutan dalam waktu dekat, pengembangan diri kita akan tetap berguna untuk segala yang sedang kita lakukan.

5. Jurusan apa yang ingin kita ambil?

Sekarang saatnya merenungkan lebih dalam jurusan apa yang tepat untuk kita. Ada begitu banyak jurusan di seluruh dunia yang bahkan namanya belum pernah kita dengar sebelumnya. Ada begitu banyak jurusan dengan nama yang mirip, tapi ternyata punya kurikulum yang sangat berbeda. Mana yang harus dipilih? Saya punya beberapa tips. 

Pertama, jadikan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya sebagai bahan pertimbangan. Jurusan apa yang paling tepat untuk melengkapi pengetahuan kita akan suatu isu/topik tertentu dan membantu kita mewujudkan tujuan setelah lulus? 

Kedua, riset, riset, dan riset. Cari tahu sebanyak mungkin dan serinci mungkin tentang jurusan yang menarik hati kita. 

Ketiga, susunlah beberapa pilihan dan buatlah pros and cons.

Keempat, berbicaralah dengan lebih banyak orang agar pandangan kita tentang jurusan lebih luas. Berbicara dengan banyak orang dengan diverse background dan temukan peluang-peluang yang baru yang tadinya mungkin tidak kita pikirkan.

Jika teman-teman mulai memikirkan peluang sekolah ke luar negeri, sesungguhnya teman-teman sudah memulai sebuah proses belajar. Teman-teman belajar mengenal diri sendiri lebih dalam lagi, belajar mengenal dorongan-dorongan terdalam teman-teman untuk maju. Agar pengalamanmu nanti lebih optimal, persiapkan dirimu dengan baik.

Pupuk keyakinanmu melangkah maju dengan bertanyalah terus pada diri sendiri,apakah ini yang sungguh saya inginkanApakah ini yang paling tepat buat saya? Perjalanan untuk menemukan jawabannya mungkin akan panjang, but will be worth it.

Buat strategi masa depan karier Anda dengan bantuan Career Coach kami.

Sumber: Hidayat, F. (2019, April). Minat pelajar Indonesia menuntut ilmu di luar negeri terus meningkat. Berita Satu. 

{$detail->author->name}}
Pramwidya Novia, CPC

S.Psi, MBusPsych Check the profile at https://visecoach.com/pramwidya-novia

Related Posts