Cara Menghadapi dan Mengatasi Stress
Career Coaching

Cara Menghadapi dan Mengatasi Stress


“Boss nyuruh ngelembur lagi, haduh, stress jadinya.”

“Ngerjain makalah belom, tugas kelompok baru 25%, bikin proposal nggak kepegang, mama nitip beliin sabun lagi, jadi stress!”

“lupa bayar tagihan! Aduh, gara-gara stress jadi lupa apa-apa.”

Kalimat seperti itu seringkali terdengar di telinga kita. Begitu mudahnya kita mengaitkan situasi yang kita hadapi dengan stress. Stress karena banyak pekerjaan, stress lalu jadi pelupa, dan lain sebagainya. Tetapi sebenarnya apa sih stress itu?

Stress adalah respon seseorang baik secara psikologis maupun fisik yang berdampak pada kondisi intelektual dan interpersonal. Stress muncul ketika seseorang merasa dirinya berada dalam situasi yang mengancam, atau berada dalam situasi yang tidak seimbang (disonansi). Respon psikologis yang muncul dapat berupa kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, dan kadangkala diikuti dengan perasaan prihatin yang ditujukan pada dirinya sendiri. Sedangkan respon fisik dapat berupa kelelahan, mengantuk, dan penyakit-penyakit seperti pusing atau bahkan merambah sampai darah tinggi dan jantung.

Secara  intelektual, stress dapat memicu terjadinya penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, dan kemampuan seseorang bertahan untuk mengerjakan sesuatu (persistensi). Tidak hanya itu, stress dapat berakibat pula pada hubungan antarmanusia (interpersonal). Hal itu disebabkan respon psikologis dari stress yang seringkali menghambat hubungan antarmanusia karena seseorang yang sedang dalam kondisi stress sering merasa jengkel dan emosinya tidak stabil.

Apa penyebab seseorang menjadi stress (stressor)?

Stress timbul ketika seseorang merasa dalam situasi yang mengancam, atau tidak seimbang (disonan). Ancaman tersebut menahan seseorang berada dalam ketidakberdayaan untuk melakukan sesuatu. Penyebabnya dapat berasal dari kondisi eksternal (lingkungan luar) maupun internal (di dalam diri sendiri). Kondisi eksternal dapat berupa tuntutan pekerjaan, atasan yang tidak baik, kondisi ekonomi, tekanan sosial, bahkan kondisi perjalanan/transportasi seperti macet.

Baca juga Everybody Needs A Coach Edisi Lulus SMA: Habis Lulus Mau Kemana?

Sementara penyebab internal merupakan karakteristik seseorang yang mengakibatkan orang tersebut mudah stress. Seperti orang dengan tingkat kecemasan tinggi, tidak sanggup mengatur skala prioritas, terlalu perfeksionis sehingga tidak bisa menerima jika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan ekspektasi, serta orang yang sulit menerima kondisi diri sendiri.

Bagaimana menghadapi stress?

Ada banyak strategi yang dapat dipakai untuk menghadapi stress. Contohnya hal-hal berikut ini:

1. Bercerita.
Ketika stress menyerang, sebaiknya kita tidak terus menerus bertahan sendirian dengan alasan “sanggup menyelesaikan sendiri.” Manusia adalah makhluk sosial. Bukan merupakan sebuah kesalahan jika bercerita pada orang lain selama kita bijak memilih orang yang tepat untuk berbagi cerita.

2. Lakukan hal-hal yang disenangi.
Hobi tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang, tetapi juga menjadi sarana penyegaran dan penyembuhan, termasuk dalam menghadapi stress. Carilah sesuatu yang kita senangi, terlepas dari kegiatan rutin kita.

3. Relaksasi.
Stress mengakibatkan mekanisme tubuh dan pikiran kita terus berada dalam kondisi tegang. Oleh karena itu, untuk menghadapi stress tubuh dan pikiran perlu relaksasi. Mendengarkan musik atau berolahraga telah terbukti banyak membantu tubuh kembali rileks.

4. Makan makanan bergizi.
Serangan stress memiliki dampak baik bagi fisik maupun bagi mental. Agar tubuh kuat menghadapinya, diperlukan asupan gizi yang cukup.

Selain dihadapi, stress juga perlu diatasi. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengatasi stress adalah teknik 4A berikut ini:

Avoid unnecessary stress

Jika kondisi kita penuh dengan stressor (penyebab stress), maka kita dapat berusaha untuk mengeliminasinya.

1. Hindarilah orang-orang yang memicu kita menjadi stress. Ini dapat dilakukan dengan sementara waktu membatasi komunikasi kita dengannya atau juga meminimalkan frekuensi pertemuan.

2. Hindari topik yang bisa membuat kita stress.

Alter the situation

Kalau sebuah situasi tidak bisa dihindari, cobalah untuk mengubahnya. Temukan hal-hal yang bisa kita ubah agar permasalahan tersebut tidak lagi muncul di masa datang.

1. Bicara.
Jika ada seseorang atau sesuatu yang kita rasa mengganggu, cobalah untuk mengkomunikasikannya dengan sopan dan terbuka.

2. Bersedia untuk kompromi.
Bila kita meminta orang lain untuk berubah, maka kita pun bersedia untuk melakukan hal yang sama.

3. Buatlah daftar prioritas.
Mungkin yang membuat kita stress adalah begitu banyak hal yang ada di kepala kita menuntut untuk dipikirkan/dikerjakan. Dengan membuat prioritas kita dapat menghindari atau membatasi hal-hal yang tidak perlu.

4. Atur waktu dengan baik.
Kita dapat mengubah situasi dengan mengatur waktu. Dengan demikian, kita dapat lebih fokus dan tidak terlalu menuntut diri sendiri.

Adapt to the stressor

Jika kita sudah berusaha untuk menghindari dan mengubah keadaan tetapi belum bisa teratasi, maka cobalah juga untuk mengubah diri kita.

1. Mengubah cara pandang dalam menghadapi masalah.
Cobalah untuk melihat masalah dengan lebih positif, misalnya manfaat yang dapat diambil dari sebuah kejadian yang kurang menyenangkan.

2. Sesuaikan standar.
Jika kita melakukan sesuatu dengan standar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, kita akan menjadi mudah stress. Buatlah standar yang sesuai dengan kemampuan kita, dan akan lebih baik jika standar tersebut di-break down menjadi langkah-langkah jangka pendek, menengah, dan panjang.

3. Lihat sisi positif dari diri kita.
Menyesali sifat-sifat negatif dapat membuat kita tambah stress. Karena seseorang memiliki kelebihan dan kekurangan, maka fokuslah pada sisi positif kita dan teruslah berkarya.

Accept things you can’t change

Penerimaan tidak berarti kita menyerah kalah pada keadaan. Penerimaan merupakan cara untuk menyeimbangkan diri sendiri sebelum mengatur strategi yang baru. Penerimaan juga berarti bahwa kita menyadari dan berserah pada kekuatan di luar diri kita, yaitu Tuhan. 

1. Tidak perlu berusaha keras mengontrol apa yang tak bisa kita kontrol, misalnya karakter orang-orang di sekitar kita.

2. Lihatlah perjalanan kita.
Bahwa kita masih bertahan sampai saat ini merupakan suatu karunia yang membuat kita semakin kuat. “What doesn’t kill you makes you stronger”.

3. Bicarakan dengan orang yang tepat.
Terimalah bahwa manusia diciptakan sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dengan menceritakan pada orang yang tepat, bisa jadi kita menemukan ketenangan, penerimaan, atau bahkan solusi dari masalah yang membuat kita stress.

Bagaimana jika kita berhadapan dengan orang yang sedang mengalami stress?

Bagi kita yang melihat atau berdekatan dengan orang yang sedang mengalami stress, cobalah untuk memahami orang tersebut lebih dulu dengan seimbang. Kadangkala mungkin kita berpikir “gitu doang bisa tress, saya yang ngadepin lebih parah aja biasa aja.” Itu sama sekali tidak membantu.

Bila kita belum tahu bagaimana harus memberi kontribusi positif, maka cobalah untuk tidak memberi kontribusi negatif. Cobalah terlebih dulu menempatkan diri seperti orang tersebut. Selanjutnya, gunakanlah empati. Tidak perlu selalu dengan memberi saran. Duduk bersama dan membuat seseorang merasa memiliki teman sudah akan sangat membantu. 

Buat strategi masa depan karier Anda dengan bantuan Career Coach kami.

{$detail->author->name}}
Pramwidya Novia, CPC

S.Psi, MBusPsych Check the profile at https://visecoach.com/pramwidya-novia

Related Posts