Productive Mindset di tengah Pandemi COVID-19
Self-Growth Coaching

Productive Mindset di tengah Pandemi COVID-19


Saat ini dimana banyak orang atau hampir semua orang terkena dampak dari pandemi covid-19 yang sudah meng-global, maka hal-hal yang sebelumnya tidak terbayangkan terjadi mulai menampakan kejadiannya. Seperti kebijakan #dirumahaja #workformhome #stayathome yang bertujuan untuk meminimalisir kerumunan orang di tempat-tempat publik selain dengan #physicaldistancing & #socialdistancing.

Kebijakan yang sebenarnya dimaksudkan untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19 yang memang sangat masif dan mudah berpindah dari manusia ke manusia. Namun kebijakan ini meninggalkan dampak yang luas pada aspek kehidupan di semua level mulai dari individu dan lingkungan sosialnya, sampai dengan level negara.

Segera saja dampak dari kebijakan-kebijakan tersebut mengerumuni banyak orang atau semua orang. Diantara yang saya highlight adalah berdampak pada menurunnya produktifitas. Pada konteks tertentu, menurunnya produktifitas merupakan konsekuensi logis dari situasi pandemi ini, namun jauh lebih dalam ke aspek individual hal ini perlu diperhatikan secara lebih serius.

Menurunnya produktivitas seseorang di tengah pandemi seharusnya disikapi secara positif sebagai bentuk evaluasi atas realitas yang terjadi. Namun begitu, guna memelihara dan menjaga produktifitas di level individu, kita perlu memiliki mindset produktif yang efektif dalam melawan situasi pandemic COVID-19 ini supaya tetap produktif.

Baca juga 8 Skill Komunikasi yang Anda harus Miliki di Era Milenium

Saya mencatat setidaknya ada tiga mindset produktif yang harus kita miliki di tengah situasi pandemi COVID-19, yaitu:

1. Alternatives are better that problems

Mindset produktif yang pertama adalah fokus pada alternatif lebih baik daripada fokus pada permasalahan, yaitu sikap mental yang secara sadar mengerahkan tenaga dan pikirannya pada menjawab “apa yang bisa dilakukan?” dan “apalagi yang bisa dilakukan?”.

Mindset ini akan membuat Anda lebih fokus pada melakukan sesuatu di masa depan, walaupun dalam jangka waktu yang tidak terlalu jauh seperti 3 bulan ke depan, atau sebulan ke depan, bahkan mungkin seminggu ke depan. Anda lebih fokus dalam menginventarisir apa saja yang ingin dilakukan, dan/atau perlu dilakukan, dan/atau bisa dilakukan.

Saat Anda lebih terfokus pada permasalahan maka Anda akan menemukan permasalahan-permasalahan baru dan begitu seterusnya sebagai hasil curiosity Anda menggunakan teknik 5 Whys. Hal terbaik yang Anda dapatkan dari fokus pada pemasalahan adalah saat Anda menemukan akar penyebab terjadinya permasalahan. Namun di saat yang sama, seringkali Anda sudah tidak dapat melakukan apa-apa akan hal tersebut, baik karena penyebab tersebut bersifat lampau ataupun Anda tidak memiliki otoritas untuk mempengaruhinya.

Hal yang berbeda terjadi saat Anda memfokuskan tenaga dan pikiran terhadap alternatif-alternatif tentang apa yang ingin, perlu, dan bisa Anda lakukan di tengah permasalahan pandemi ini. Tidak saja membangkitkan optimisme dan makna positif bagi pribadi, namun memiliki alternatif untuk dilakukan juga mampu mengembalikan produktifitas Anda yang terdampak pandemi COVID-19.

Seperti seorang teman fotografer event yang saat ini justru disibukkan bekerja mengantar pesanan ayam potong ke rumah-rumah di Kawasan Depok dan sekitarnya. Tentu dengan tetap memperhatikan kebijakan seperti #physicaldistancing dalam pengantaran.

Teman fotografer yang langsung terdampak dari bisnis industri mice yang mengalami penurunan drastis, tidak berlama fokus pada masalah yang dihadapi dan menungggu perubahan terjadi. Dengan modal kenalan peternak ayam potong yang juga terdampak pandemi dan sejumlah nomer kontak di hape, teman saya ini segera memulai alternatif yang berhasil ditemukannya. Dia tetap produktif.

Fokuslah pada alternative yang bisa dilakukan dan rasakan bedanya!

2. Now is better than never

Mindset produktif yang kedua adalah sekarang lebih baik daripada tidak sama sekali, yaitu memiliki pola pikir yang lebih proaktif di tengah situasi pandemi ini. Tidak saja late is better than never, tapi now is better than never merupakan pola pikir “anti ribet dan anti entar”.

Mindset ini membuat anda secara instan menjadi individu yang produktif dikarenakan alasan pertama “anti ribet”, yaitu Anda menolak kerumitan dalam berpikir dan memilih segera mengambil rencana aksi dan mengeksekusinya. Dan alasan kedua “anti entar”, yaitu Anda memilih sikap proaktif dengan menolak menunda atau sekedar menunggu situasi berubah untuk Anda.

Pada mindset produktif ini, Anda memilih posisi sebagai pengendali situasi atas diri Anda sendiri ketimbang menjadi obyek yang dikendalikan pandemi.

Pun hal ini dengan kesadaran bahwa jika Anda melakukannya segera atau sekarang, risiko untuk gagal atau sukses sesungguhnya sama saja. Bisa jadi Anda tetap akan melakukan kesalahan dan berakibat kegagalan.

Namun Anda bisa mencoba memulainya lagi dengan cara berbeda, meski mungkin akan melakukan kesalahan (berbeda) dan mengalami kegagalan kembali.

Kegagalan Anda akan mengakumulasi menjadi sebuah perbaikan sampai Anda menjadi lebih paham dan semakin terampil melakukannya, sehingga mempunyai peluang berhasil yang semakin besar.

Seorang teman lain yang memiliki usaha konveksi busana muslim tidak menunggu waktu lama untuk mengubah lini operasionalnya dengan mulai memproduksi masker berbahan kain sejak medio bulan Maret lalu. Sekarang dia dan bisnisnya sudah disibukkan dengan pemenuhan pesanan masker kain dan APD yang menjadi kebutuhan krusial para tenaga kesehatan.

Bayangkan jika teman saya ini harus melakukan dan menunggu studi kelayakan bisnis untuk mengubah strategi produksi dari busana muslim ke masker pelindung dan sekarang APD.

Jadi lakukan saja segera, sekarang!

3. Done is better than perfect

Mindset produktif yang ketiga adalah tuntas lebih baik daripada sempurna, yaitu pola pikir progresif yang mentargetkan bahwa sesuatu yang sudah dimulai harus diselesaikan, tuntas. Tuntas yang dimaksud bukanlah tentang kualitas keberhasilan atau hasil yang dicapai, tuntas yang dimaksud adalah selesai secara literasi bahwa berhenti dilakukan saat tidak ada lagi yang bisa dilakukan.

Tuntas menjadi lebih baik ketimbang sempurna dikarenakan adanya harapan yang membebani individu akan hasil terbaik. Maka mindset ini akan efektif  menjaga produktifitas individu karena situasi yang sedang dihadapi juga merupakan situasi yang tidak diharapkan oleh siapapun.

Anda dengan pola pikir ini akan lebih berorientasi pada menuntaskan semua aktifitas dan pekerjaan yang dilakukan tanpa terlalu membebani diri dengan hasil yang diharapkan. Karena pada saat Anda menuntaskan pekerjaan, maka Anda memiliki data dan informasi yang lebih lengkap untuk melakukan evaluasi. Kemudian Anda bisa memulai kembali pekerjaan Anda dengan cara berbeda dan lebih baik lagi.

Seorang coach, kolega saya di dunia coaching memiliki kegemaran menulis disela aktifitasnya. Sebagai respon atas dampak situasi saat ini, setidaknya sudah ada 2 (dua) buah buku yang selesai ditulisnya termasuk edisi revisinya selama masa pandemi COVID-19. Apakah hasilnya sempurna seperti yang diharapkan? Dia gak bersedia bilang sempurna, tapi dia mengaku sangat puas telah menyelesaikannya.

Ayo tuntaskan apa yang sudah Anda mulai!

Stay safe & keep productive!

Maksimalkan potensi diri Anda dengan bantuan Self-Growth Coach kami. 

{$detail->author->name}}
Afrianto, CEC

Professional & Life Coach Check the profile at https://visecoach.com/afrianto-3

Related Posts