Apakah Workaholic Itu Normal?
Self-Growth Coaching

Apakah Workaholic Itu Normal?

@DailyVisecoach
@DailyVisecoach

Banyak orang yang merasa seolah bangga ketika mereka bekerja tiada henti. Tidak ada waktu untuk beristirahat. Hidup seakan hanya untuk bekerja. Ada juga orang yang terkesan tidak bisa menolak untuk berhenti bekerja ketika waktu kerja sudah usai. Apakah perilaku seperti ini normal atau malah merupakan indikasi dari gangguan kejiwaan?

Dr. Reza Pahlevi mengatakan bahwa kebiasaan workaholic atau gila kerja diduga memicu munculnya gangguan kejiwaan pada diri seseorang. Bagaimana tidak, ketika orang membutuhkan istirahat setelah lelah bekerja selama sekian jam dalam sehari, para workaholic mampu bekerja berjam-jam tanpa beristirahat. Kebiasaan seperti ini tentu memiliki sisi positif dan negatif.

Sisi positifnya, orang dengan kebiasan workholic mampu menyelesaikan semua pekerjaan dengan sempurna termasuk detail yang ada di dalamnya. Mereka biasanya menjadi karyawan yang bisa diandalkan oleh perusahaan. Namun begitu, mereka kerap mengesampingkan kepentingan pribadinya demi pekerjaan, termasuk keluarga, interaksi sosial, kesehatan tubuh, pola makan, sehingga tidak tercipta keseimbangan dalam hidupnya.

Baca juga Cara Pendekatan Sehat untuk Pengembangan Diri

Mereka tidak bisa menikmati hidup karena pikirannya begitu terpaku pada pekerjaan saja. Ketidakteraturan pola makan akan memicu gangguan metabolisme yang mengarah pada penyakit lainnya. Tak hanya itu, stres akan pekerjaan berisiko pada gangguan mental. Workaholic diduga abai pada kesehatannya sendiri karena mereka tidak dapat memberi batasan waktu dalam bekerja.

Workahoic memicu gangguan kejiwaan

Workaholic bukanlah hal yang dapat dibanggakan. Sebaliknya, yang bisa dibanggakan adalah ketika Anda bisa menyelesaikan semua atau sebagian pekerjaan sesuai dengan durasi jam kerja, melepas urusan pekerjaan di luar jam kerja atau di akhir pekan, dan bisa memberi batasan kapan Anda harus berhenti atau beristirahat. Workaholic adalah kondisi gangguan kejiwaan yang harus ditangani dan dibenahi karena memicu ketidakseimbangan dalam hidup yang menyebabkan kurangnya rasa bahagia tanpa disadari oleh si empunya.

Mengacu pada World Annual Report yang menyebutkan Finlandia sebagai negara paling bahagia di dunia, ada baiknya kita menelaah faktor pemicunya. Seperti yang kita tahu, FInlandia merupakan negara dimana dalam satu tahun sebanyak 200 hari merupakan musim dingin, dan ada dua bulan penuh disana dimana matahari tidak pernah muncul lebih tinggi dari horison. Temperatur bisa drop hingga 20 derajat di bawah nol. Namun, Finlandia ditasbihkan sebagai negara paling bahagia di dunia. Kenapa?

Ketepatan waktu dan kesetaraan sangat dihargai di Finlandia, dimana hal ini tercermin dari budaya mereka, termasuk kehidupan dalam pekerjaan. Ada banyak aturan kerja yang harus ditaati oleh pekerja juga perusahaan, termasuk di dalamnya adalah jumlah gaji minimum, jumlah jam kerja, waktu liburan, gaji tetap dibayarkan ketika sakit, dan ketentuan lain. Jika perusahaan meminta karyawan untuk lembur, maka perusahaan harus membayar kompensasi yang sesuai dan karyawan berhak untuk menolak lembur tersebut. Dan, masih bayak hal lain dalam aspek pekerjaan yang membuat karyawan di Finlandia lebih bahagia.

Lalu, bagaimana dengan Jepang? Negara dimana nyaris semua penduduknya workaholic ternyata tidak masuk dalam daftar negara paling bahagia di dunia menurut Forbes. Justru tingkat kekecewaan dan keputusasaan penduduk Jepang sangat tinggi, yang lalu dibuktikan dengan tingginya angka bunuh diri di negara tersebut.

Artinya, workaholic bukanlah hal yang bisa dibanggakan, tetapi menjadi suatu kondisi yang harus diperhatikan dan dibenahi. Karena bagaimanapun keseimbangan hidup sangat penting bagi kestabilan jiwa individu. Semua orang ingin bahagia dalam hidupnya, jadi ukurlah angka keseimbangan hidup Anda dengan lebih baik lagi.

Untuk menghindari ketidakseimbangan dalam hidup, ada baiknya kita mengatur pola hidup dan menyisihkan waktu untuk beristirahat dari rutinitas yang melelahkan, olahraga yang teratur dan penuhi asupan nutrisi yang sehat bagi tubuh. Untuk diingat lagi, manusia merupakan makhluk sosial dimana setiap individu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Maka imbangi kerja keras dengan pola hidup sehat dan hargai diri sendiri dengan melakukan kegiatan yang Anda sukai.

Maksimalkan potensi diri Anda dengan bantuan Self-Growth Coach kami.

Related Posts