Be Like a Water
Self-Growth Coaching

Be Like a Water


Kalimat ini muncul saat saya sedang berdiskusi terkait implementasi program pelatihan yang akan kita jalankan di tahun 2020. BE A WATER, diartikan bebas jadilah (seperti) air. 

Awal mendengar kata ini jujur agak bingung juga ya kenapa kita harus menjadi seperti air sampai rekan saya tersebut mengambil satu buah botol air mineral dan mengocoknya cukup keras. Kemudian dia berkata lihat air kalau dikocok dia akan terguncang dan berbuih namun lambat laun buih menghilang dan air menjadi tenang.

Filosofi Air

Seperti itulah seharusnya kita sebagai leader. Dan sebagai leader kita tidak perlu menyembunyikan emosi kita, emosi adalah hal yang manusiawi dalam diri manusia. Namun yang perlu kita lakukan adalah seperti air dimana sekeras apapun guncangan tersebut (emosi) air akan kembali tenang dan tidak seperti soda yang makin keras goncangannya maka akan makin besar ledakan yang akan dihasilkan.

Sebuah analogi yang membuat saya mencoba mendalami sifat air dan mengkaitkan hal tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari. Pertama, air memiliki sifat mengikuti bentuk dari wadahnya. Ini mengajarkan kita bahwa kita harus menjadi orang yang fleksibel mampu mengikuti situasi dimana kita berada seperti pribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.

Namun bukan berarti ketika kita beradaptasi dengan lingkungan mengubah sifat dan merubah kita menjadi orang lain. Lihat air, dia berubah bentuk menjadi botol ketika didalam botol, namun apakah air berubah menjadi seperti botol yang keras tidak air tetap menjadi seperti air. Ini yang mungkin disebut menyatu tapi tidak melebur. Kedua, air itu mengalir akan mengalir ke posisi yang lebih rendah.

Baca juga Productive Mindset di tengah Pandemi COVID-19

Ini dapat diartikan tiga hal yaitu bahwa hidup itu harus memiliki tujuan untuk kita capai. Dimana tujuan itu yang menjadikan setiap tindakan kita bermakna dan memilik arti. Disisi lain dapat juga diartikan bahwa apapun kondisi kita saat ini, dan apapun posisi kita saat ini kita harus mengkaitkan diri kita kepada orang-orang yang ada dibawah kita.

Memahami Apa yang Terjadi

Untuk apa kita lakukan itu, yang pertama untuk membuat kita lebih memahami apa yang terjadi dan apa yang dibutuhkan orang kebanyakan terhadap kehadiran kita. Seperti di organisasi dengan melihat (dan tentunya mendengarkan) rekan-rekan kita yang posisinya dibawah kita bisa tahu situasi yang dihadapi dibawah dan apa yang mereka butuhkan mereka dari kita.

Karena tanpa disadari merekalah penggerak organisasi, mereka adalah roda dari organisasi, kalau rodanya seret gimana kendaraan organisasi kita bisa bergerak. Dan yang terakhir pesan hidup dari bergeraknya air dari tempat tinggi ke tempat yang rendah adalah bahwa kita hidup pada akhirnya akan kembali ke “rumah”.

Seperti potongan lagu “air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut”, laut disini dapat dianalogikan sebagai tempat untuk kembali dalam hal manusia maka sejauh apapun pengembaraan kita maka pada akhirnya kita akan kembali ke “rumah”. Rumah disini bisa berarti fisik dalam hal ini rumah yang kita tinggali (keluarga) atau bisa berarti non-fisik yaitu saat kita kembali ke pangkuan sang pencipta kita.

Selain itu setiap tempat yang dilewati air pasti akan muncul pusat-pusat kehidupan, karena air merupakan sumber utama kehidupan manusia. Maka ini mengajarkan kita untuk selalu memberikan makna, nilai dan pengaruh positif bagi sekeliling kita walaupun itu hanya sebuah senyuman dan teguran ramah yang kita berikan dipagi hari. Karena sebesar apapun kebaikan yang kita berikan akan memberikan pengaruh luar biasa bagi lingkungan kita.

Ketiga, air itu mampu meresap zat yang dimasukan dalam dirinya dan berubah mengikut zat tersebut. Untuk yang ketiga ini bisa bermakna ganda, satu sisi bisa berarti positif dalam arti sebagai air kita mampu menyerap segala pengetahuan atau informasi yang ada disekeliling kita namun disisi lain terlihat kita sebagai orang yang tidak memiliki pendirian karena tidak dapat menentukan diri akan menjadi apa kita bahkan untuk hal negatif sekalipun kita tidak dapat mencegah hal tersebut untuk masuk dan menjad bagian dari diri kita.

Adaptability dan Open-Minded

Jadi apabila kita ingin menjadi seperti air maka yang perlu ada dalam diri kita adalah sifat adaptability, mampu beradaptasi dalam setiap kondisi yang adai dihadapan kita. Kedua, humble karena tidak ada yang dapat dibanggakan di dunia ini karena pada akhirnya semua akan kembali kepada “rumah abadi” serta memberikan maka karena dengan memberikan makna dalam kehidupan baik diri sendiri maupun orang lain.

Dan terakhir open-minded berpikiran terbuka dan menyerap segala informasi dan pengetahuan yang ada sehingga kita menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Namun untuk yang terakhir ini perlu diperhatikan bahwa segala informasi yang ada belum tentu positif untuk diri kita, maka perlu dibarengan dengan benteng diri sehingga kita mampu memilih mana yang baik untuk kita dan mana yang tidak.

Maksimalkan potensi diri Anda dengan bantuan Self-Growth Coach kami. 

{$detail->author->name}}
Rizki Sofyadi, CPC

Youth and Personal Development Check the profile at https://visecoach.com/rizki-sofyadi

Related Posts