Cinta atau Kesepian: Apa yang Terjadi di Otak?
Love Coaching

Cinta atau Kesepian: Apa yang Terjadi di Otak?

@DailyVisecoach
@DailyVisecoach

Cinta, sama seperti seks, adalah sebuah pengalaman menyenangkan dan penuh penghargaan yang diciptakan oleh otak. Cinta dan hawa nafsu saling berkaitan secara ilmiah dan hal ini masuk akal karena keduanya merupakan sebuah mekanisme bertahan hidup makhluk hidup. Setiap individu memiliki pasangan untuk bersenggama menghasilkan keturunan dan jatuh cinta untuk merawatnya dengan baik.

Cinta, kegilaan, dan kasih sayang adalah misteri besar dalam kehidupan manusia, namun dengan bantuan teknologi yang semakin canggih sekarang kita bisa melihat sendiri seperti apa kinerja otak manusia. Cinta, adalah tingkat emosi tertinggi yang dimiliki oleh manusia namun sulit untuk didefinisikan secara gambling. Ketika orang ditanya apa arti hidup sebenarnya? Orang akan banyak menjawab dengan inspirasi dari buku yang pernah dibacanya, lagu yang sering didengarkannya, atau puisi yang disukai.

Bagaimana analisa dan deskripsi tentang yang terjadi di dalam otak ketika perasaan romantis manusia terpicu? Kenapa saat ditinggalkan oleh orang yang kita cintai rasanya sedih seperti terjatuh dari tebing tinggi kemudian hancur kemudian kita merasa kesepian. Bagaimana mekanisme sinyal otak yang memengaruhi cinta dan kesepian ini? Mari kita cari tahu sedikit tentang hal itu.

Baca juga Apa Itu Compulsive Sexual Behavior?

Ada tiga hormon utama dalam otak yang berkaitan dengan cinta dan kesepian, yaitu dopamine, oksitosin, dan vasopressin. Dopamine adalah hormon yang memainkan peran penting dalam gairah seksual dan perasaan romantis. Ketika Anda merasa sangat bahagia melihat wajah orang yang Anda cintai maka saat itu otak kita dibanjiri dopamin.

Hormon oksitosin dan vasopressin lebih erat kaitannya dengan keterikatan dan ikatan. Kedua hormon ini merupakan hormon kunci dalam keterikatan romantik dan keibuan. Hormon dilepaskan manusia saat orgasme, persalinan dan menyusui. Konsentrasi hormon di otak juga meningkat ketika Anda dalam fase awal pengikatan pasangan.

Namun, yang tidak kalah menarik adalah apa yang tidak diaktifkan. Saat melihat kekasih kita, area utama otak kita mengurangi aktivasi di area amigdala, korteks frontal, korteks parietal, dan korteks temporal tengah. Amigdala erat kaitannya dengan rasa kemarahan dan ketakutan dan jika ada penurunan aktifasi di area ini berarti Anda rasa ketakutan Anda sedang menurun. Mungkin ini sebab yang menjelaskan kenapa kita merasa nyaman dan bahagia berada dalam pelukan orang yang kita cintai. Penurunan aktifitas amigdala juga terjadi saat kita orgasme. Itulah kenapa hanya ada rasa puas dan bahagia ketika manusia orgasme.

Cinta itu buta

Frontal cortex merupakan pusat dari fungsi, penilaian dan logika manusia, dimana ketiga hal ini akan terlempar jauh saat manusia sedang jatuh cinta. Penyebabnya adalah penurunan aktifasi area otak ini yang bisa diterjemahkan menjadi pelonggaran kriteria penilaian yang digunakan manusia untuk menilai orang lain.

Misalnya, saat jatuh cinta, yang dilihat dari orang yang kita cintai hanyalah kelebihannya. Kalaupun ada keburukannya maka penilaian menjadi berubah dan menganggap keburukan itu bukan hal penting yang harus dipertimbangkan. Secara ilmiah, korteks frontal manusia dibius oleh kegilaan sehingga banyak orang menyebutkan kalau cinta itu buta. Dan, ilmu saraf juga membuktikan bahwa cinta itu tidak logis.

Ketika Anda sedih dan merasa kesepian karena ditinggalkan oleh kekasih sehingga membuat Anda terpuruk, merasa tidak berguna bahkan berniat merusak diri sendiri, saat itulah korteks frontal Anda sedang sangat menurun. Anda tidak bisa melihat yang sesungguhnya harus dilihat karena Anda terbutakan oleh cinta.

Wujudkan hubungan berpasangan yang ideal dengan bantuan Relationship Coach kami.

Related Posts