Mengapa Ego Manusia Sulit Mengenali Cinta?
Love Coaching

Mengapa Ego Manusia Sulit Mengenali Cinta?

@DailyVisecoach
@DailyVisecoach

Setiap kita memiliki ego. YA, kita semua punya! Dan kita harus mau belajar untuk mengendalikannya. Jika Anda membiarkan ego dengan liar maka dampaknya cukup besar bagi kehidupan -terutama dampak pada orang terdekat yang sedang menjalani hubungan cinta. Perasaan negative seperti amarah, penolakan, ketakutan, dan kecemburuan, semuanya merupakan produk dari ego.

Dalam diri manusia terdapat dua sisi yang saling berlawanan satu sama lain, yaitu cinta dan ego. Masing-masing sisi memiliki agenda, saran, dan gagasan sendiri dimana keduanya selalu bertentangan. Maka tergantung pada diri kita sendiri memilih sisi mana yang diijinkan untuk mengendalikan hidup kita.

Kekuatan cinta

Cinta membawa kita pada kebaikan. Cinta membuat kita bergerak menjadi baik dan sensitive pada banyak hal setiap waktu, dan cinta akan menegur kita ketika diri tidak baik dan abai. Cinta bukan tentang perilaku, melainkan merupakan kekuatan dalam diri yang membuat kita merasa tidak nyaman saat marah, kasar, reaktif, gelisah, atau bahkan paranoid.

Tidak ada tuntutan akan cinta karena memang tidak ada tuntutan dan tidak ada ekspektasi. Tidak ada ekspektasi atau tuntutan agar orang lain menjadi pribadi yang kita inginkan. Menerima seseorang sebagai dirinya sendiri dan mengesampingkan ego akan membawa kita pada cinta yang bertahan selamanya.

Jika Anda mau mengikuti kata hati maka cinta akan membawa diri dalam setiap gerak kehidupan dan Anda akan menciptakan keindahan kemanapun Anda pergi.

Baca juga Cinta atau Kesepian: Apa yang Terjadi di Otak?

Kekuatan ego

Ketika Anda masuk dalam cinta egoistik (rasa cinta yang tidak baik), maka Anda mengijinkan ego dalam diri membuat keputusan. Yang menjadi persoalan disini adalah ego tidak memiliki keahlian dalam hubungan apapun. Sebaliknya, ego mencoba untuk memanipulasi sebagai cara untuk memberi dan menerima cinta.

Dalam upaya untuk melindungi diri kita sendiri, ketahuilah bahwa ego menggunakan perlawanan, perdebatan, perkelahian, sarkasme, merendahkan, depresi, penarikan diri, agresi, frustasi, agresifitas pasif, balas dendam, gerakan tidak hormat, intoleransi, menyalahkan, persaingan, ketidakpercayaan, dendam, dan keraguan diri. Semua hal itu akan menjadi hambatan pada cinta dimana pada akhirnya sebuah hubungan menjadi sebuah arena pertarungan antar ego.

Ego sendiri takut bahwa cinta akan mengakibatkan rasa sakit. Ketika Anda mencintai terlalu dalam atau terlalu bahagia maka kita akan meninggalkan ego sama sekali karena konsep ego adalah pemisahan dan perlindungan diri. Ego takut akan kehancurannya dalam cinta. Cinta dengan ego merupakan cerminan dari kebutuhan, keinginan, dan Hasrat dari pecinta, bukan yang dicintai.

Menganggap bahwa pemenuhan kita dapat ditemukan pada diri orang lain dan menempatkan permintaan bahwa dialah semua hal yang kita butuhkan darinya merupakan sebuah remis yang salah. Kenapa? Anggapan itu adalah meminta orang lain untuk menjadi sesuatu yang tidak mungkin dia penuhi, yaitu memenuhi keinginan kita menjadi seperti yang kita mau, bukan dirinya yang sebenarnya.

Cinta dengan cara seperti itu hanya akan membuahkan kekecewaan, dimana pada akhirnya kekecewaan akan menjadi kebencian yang kemudian berakhir pada perpisahan dalam suatu hubungan cinta.

Jadi apa yang harus dilakukan? Ingatlah bahwa Anda tidak selalu harus benar. Karena keinginan untuk selalu menjadi benar bisa merusak hubungan baik dengan siapapun, dengan atasan, teman, keluarga, siapapun. Satu hal yang pasti, Anda harus menyadari bahwa menjadi selalu benar itu tidak menjadi ukuran akan kebahagiaan sejati.

Wujudkan hubungan berpasangan yang ideal dengan bantuan Relationship Coach kami. 

Related Posts