Individu Tangguh Mampu Atasi Masa Sulit
Ketangguhan tidak akan menyingkirkan masalah Anda, tetapi ketangguhan akan memberi Anda kemampuan untuk memandang masala...
Kalau dipaparkan dengan pertanyaan ini, ingatan saya akan kembali ke masa-masa awal terdiagnosa kanker payudara. Luar biasa besar keinginan saya untuk sembuh dan sehat. Rasanya keinginan itulah yang mendominasi pikiran saya saat itu. Karir dan pekerjaan yang sedang lumayan padat di depan mata luluh perlahan tanpa perlawanan, nyaris tanpa beban. Saya benar-benar tidak lagi memikirkan hal itu.
Cerita ke belakang sedikit, setelah mendapat penjelasan panjang dan lebar, jelas dan detil dari dokter mengenai perjalanan treatment yang akan dihadapi, saya lalu mengkalkulasi waktu yang harus disiapkan untuk menjemput sang sehat. Dengan gagah, saya mengajukan pengunduran diri dari tempat saya bekerja, hanya karena ingin focus dengan terapi-terapi penyembuhan tersebut.
Beruntung sekali saya, pengunduran diri ditolak, unpaid leave-pun tidak diindahkan oleh perusahaan. Saya diperbolehkan tidak masuk bekerja selama masa pengobatan nanti. Selanjutnya mulailah hari-hari terapi saya jalani dan selesai 1 tahun kemudian. Puji syukur, tahun ini adalah tahun ke 10 masa remisi kanker payudara saya.
Baca juga 5 Ideas to Change Others
Kembali ke saat ini. Yang ingin saya ceritakan adalah ingatan saya saat menjalani terapi panjang yang boleh dibilang tidak nyaman, yaitu kemoterapi. Efeknya pada tubuh secara detil tidak perlu saya ceritakan. Yang pasti terapi ini adalah yang paling ditakuti dan sebagian pasien bahkan menghindarinya. Namun kala itu, saya menjalani kemoterapi dengan sukacita.
Gambaran sukacitanya begini: saya ringan hati setiap melangkah ke rumah sakit, menunggu dan ingin sekali segera ketemu dokter untuk jadwal kemoterapi berikut-berikutnya. Dengan begitu, siklus terapi saya akan segera mencapai titik akhir. Itu jawaban dari pertanyaan “Seberapa ingin?” saya.
-----
Saya teringat cerita favorit tentang Rahasia Sukses dari Socrates. Suatu saat di masa itu, seorang murid bertanya kepada Socrates, “Bagaimana sebenarnya cara kita mencapai kesuksesan?”. Tanpa menjawab, Socrates lalu mengajak murid tersebut berjalan bersamanya menuju pantai. Dalam diam mereka berjalan bersisian di sepanjang pantai. Sang murid terus mengikuti sampai mereka mulai berjalan lebih dalam ke arah pinggir laut menuju ke tengah hingga mencapai batas pinggangnya.
Tanpa diduga, Socrates memegang leher sang murid dan menenggelamkan kepalanya ke dalam air hingga ia kelabakan, sulit bernafas dan sekuat tenaga berusaha menyelamatkan diri dengan mengangkat tubuhnya ke atas. Dengan tersengal-sengal dan terkejut, murid itu bertanya, “Apa yang baru saja kamu lakukan?”
Saat Socrates bertanya balik mengenai apa yang dia rasakan saat kepala dan sebagian tubuhnya ditenggelamkan ke laut, murid tersebut menjawab bahwa hanya ada satu keinginannya saat itu: menyelematkan diri dan hidup. Dengan ringan Socrates menjawab lagi bahwa itulah jawaban dari pertanyaan sang murid tentang misteri kesuksesan. Kita harus memiliki keinginan yang amat besar yang akan menjadi kekuatan kita.
Maksimalkan potensi diri Anda dengan bantuan Self-Growth Coach kami.
Explore lebih banyak artikel dalam kategori yang sama untuk menemukan informasi menarik lainnya.
Ketangguhan tidak akan menyingkirkan masalah Anda, tetapi ketangguhan akan memberi Anda kemampuan untuk memandang masala...
Pernahkah Anda bertanya pada langit malam, mengapa Anda berada di muka bumi ini? Apa arti hidup ini bagi Anda? Dan, kena...
Passion and Purpose are both equally important and one without the other could have disastrous consequences on you and t...
One might say that without suffering we won't experience civilization today. Almost every day we suffer, yet we learn ho...
Madelina Mutia
Sebagai Psikolog dan Co-Founder Lovepink, Muti banyak menggeluti topik seputar Life & Wellness. She loves to help other people find a true meaning of their lives in their own way & pace.